Daging Hasil Kultur Sel,Memakan Daging Tanpa Membunuh Hewan, Apakah ini Solusi ?

Bergasku.com – Kultur Sel adalah proses di mana suatu sel dari suatu jaringan diambil dan ditumbuhkan pada kondisi septik. Sel yang digunakan untuk dikultur biasanya diambil dari jaringan eukaryota.

Singapore food Agency yang di produksi oleh perusahaan AS Eat Just pertama kalinya daging hasil kultur sel sudah di pasarkan di Singapura. 

Jadi kita bisa menikmati daging ayam,udang dan daging hewan lainnya tanpa membunuh hewan tersebut, hanya dengan kultur sel.

Pertumbuhan manusia di belahan dunia mengikuti grafik eksponensial yang akan terus bertambah dari tahun ke tahun.

Populasi manusia yang sulit dikontrol pertumbuhannya memunculkan isu ketersediaan pangan dunia.

Pertumbuhan akan ketersediaan pangan tidak berimbang dengan pertambahan jumlah penduduk. 

Daging menjadi salah satu jenis bahan pangan yang menjadi isu global. 

Oleh karena itu, para ilmuwan mencari cara menghasilkan daging sebanyak banyaknya dalam waktu singkat.

Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan para ilmuwan membuat daging melalui metode kultur jaringan sebagai alternatif dalam produksi daging.

Daging yang dikonsumsi umumnya terdiri atas serabut otot.

Sementara daging sintetis merupakan hasil pertumbuhan serabut otot dalam kultur sel yang diambil dari sel punca atau sel induk (stem cell). 

Daging sintetis ini dikenalkan untuk menjadi alternatif pengganti daging konvensional.

Daging konvensional diperoleh dari seekor ternak yang dipelihara selama periode waktu tertentu, kemudian dilakukan proses pemotongan untuk memperoleh dagingnya. 

Proses produksi daging konvensional saat ini dianggap memiliki pengaruh negatif terhadap lingkungan, karena menghasilkan emisi gas rumah kaca
yang akan mencemari lingkungan.

Selanjutnya, pemotongan ternak dengan tujuan untuk mengambil dagingnya diklaim sebagai suatu proses yang menyakiti ternak dan disebut tidak memenuhi kriteria kesejahteraan hewan. 

Di samping itu, timbulnya berbagai penyakit pada manusia seperti jantung koroner, darah tinggi, kholesterol, dan stroke adalah deretan penyakit yang disebabkan oleh mengonsumsi daging merah. 

Daging dengan sitem kultur sel ini diklaim sebagai daging yang sehat, ramah lingkungan, tidak menyakiti hewan, serta menjadi solusi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan produksi daging. 

Disebut daging yang sehat, karena kandungan nutrien daging tersebut dapat diatur sesuai kebutuhan serta dimodifikasi komponen lemaknya sesuai dengan yang diinginkan. 

Produksi daging ini tidak melalui proses pemotongan ternak karena sel induk dapat diambil dari ternak hidup sehingga tidak menyakiti hewan. 

Produksi daging ini juga dilakukan dalam bioreaktor yang hanya sedikit menghasilkan gas metan sehingga disebut lebih ramah lingkungan. 

Sebagai penemuan baru, nama yang diberikan masih beragam, ada yang menyebutnya daging laboratorium, daging in vitro, daging sintetis, daging bersih, daging Memphis (merujuk pada perusahaan produksi) dan lain-lain. 

Selanjutnya, karena mengacu pada proses asal daging yang diproduksi secara kultur jaringan, maka dapat disebut daging sintetis.

Untuk menumbuhkan daging dalam kultur diperlukan sel induk (stem cell), yang dapat berasal dari embrio (embryonic cell) atau sel dewasa (adult cell). 

Sel induk yang berasal dari embrio diperoleh dari embrio yang belum menempel pada rahim, sedangkan sel induk yang berasal dari sel dewasa diambil dari jaringan tubuh hewan yang sudah lahir. 

Pada perkembangannya, sumber sel yang dapat dipergunakan sebagai sel induk.

Menurut beberapa sumber, per 2018 lebih dari 70 juta hewan darat dibunuh untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia.

Profesor fisiologi Vaskular di Maastricht University mengatakan 20 atau 30 tahun dari sekarang kita akan memakan daging dari hasil kultur sel.

Pada tahun 2040 diprediksi 60% daging tidak berasal dari hewan yang dibunuh, namun penemuan ini juga dianggap menjadi dilema moral.

Menurut Ben Bramble Asisten Profesor Filsafat Trinity Collage Dublin mengatakan bahwa masalah moral akibat dari kultur sel yaitu pembuatan daging di laboratorium hanya karena murah,atau menguntungkan kesehatan manusia dan lingkungan. 

Kita melakukannya untuk kepentingan kita sendiri bukan untuk kepentingan para binatang.

 Credit : Berbagai Sumber

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *